kebijaksanaan sayyidina ali bin abi thalib sebagai khalifah

kebijaksana sayyidina ali bin abi thalib sebagai khalifah
kebijaksanaan sayyidina ali bin abi thalib sebagai khalifahkebijaksana sayyidina ali bin abi thalib sebagai khalifah

ali bin ziyad al-haritsi adalah konglomerat besar yang hidup pada masa pemerintahan ali bin abi thalib. ia tinggal di kota bassrah.semua orang mengenalnya karena mudah di kenali ciri-cirinya. rumahnya mewah,pakaiannya mewah dan dan kendaraannya luar biasa .suatu hari,sayyidina ali berkunjung ke basrah.ia meminta agar khalifah sudi datang kerumahnya.ali bin ziyad berfikir bahwa khalifah ali yang menguasai separuh dunia itu layak dijamu di rumahnya.sesampainya di rumahnya ali,amirul mukminin sangat kagum melihat kemewahan rumahnya.ia sendiri hanya tinggal di rumahnya yang sederhana layaknya rakyat biasa.



setelah puas memandangi interior rumahnya,ali bin abi thalib menghampiri taun rumah sambil berkata: "wahai ali, apa untungnya memilki rumah sebesar ini,padahal engkau memerlukan rumah yang lebih besar dan lebih mewah kelak di akhirat."pertanyaan tersebut tidak bisa di jawab oleh ali. pada umumnya ia berfikir bahwa sang khalifah hanya layak di jamu di istananya yang mewah dan megah itu,tapi ternyata sayyidina ali bukanlah orang yang "cinta dunia"ia memandang dunia tidak lebih dari sayap nyamuk.

kekuasaan yang di genggamnya tidak lebih dari sekedar sarana untuk beribadah kepada Alloh dengan cara melayani makhluk-makhlukNya yang bernama manusia.ia menguasai dunia tapi tidak di kuasai dunia melihat perubahan mimik dan wajah tuan rumah yang nampak sedih sayyidina ali segera menenangkannya apalAgi ia tahu bahwa ali memperoleh kekayaanya dari hasil kerja kerasnya sebagai seorang saudagar bukan hasil korupsi atau dengan cara yang bertentangan dengan syariat islam.

kemudian sayyidina ali berkata:"wahai ali,engkau bisa menjadikan rumahmu yang besar ini sebagai kendaraan yang akan mengantarkanmu pada rumah yang lebih besar di akhirat kelak.engkau buka rumahmu ini bagi para tamu yang menghajatkannya ,ikat silaturahmi di antara kaum muslimin,bela dan tampakkan hak-hak kaum muslimin di rumahmu ini, jadikanlah rumah ini sebagai tempat pemenuhan hajat saudara saudara sesama muslimin dan jangan batasi untuk kepentingan dan keserakahan dirimu sendiri." betapa gembira dan puas dengan jawaban khalifah yang sangat bijaksana itu,'ali pun memanfaatkan kesempatan yang sangat langka tersebut untuk mengajukan permasalahan yang lain".

"wahai amirul mukminin.aku mempuyai seorang saudara.dia telah total merubah cara hidupnya yang di lakukannya sekarang hanya khalwat ( mengasingkan diri) di tempat tempat yang sunyi,berpakaian kumuh,meninggalkan pekerjaannya bahkan menelantarkan keluarganya.saudaraku bernama ashim bin ziyad al haritsi .ia selalu mengatakan,semua itu aku lakukan hanya ingin mendekatkan diri kepada alloh swt.apakah sikap saudarku itu benar?"

sayyidina ali meminta ashim dihadirkan di hadapannya. di depan ashim khalifah menegur dengan agak keras," wahai ashim,orang yang telah memusuhi dirinya sendiri! sungguh setan telah memperdayai akalmu.mengapa engkau menelantarkan anak dan istrimu dengan alasan ingin mendekatkan diri kepada Alloh swt?" apakah kamu kira bahwa Alloh yang menciptakan alam semesta beserta seluruh kenikmatanNya itu tidak rela jika kau gunakan kenikmatan itu dengan tepat?.demi Alloh,tidak begitu caranya untuk mendekatkan diri kepada Alloh!"

merasa terpojok kemudian ashim menjawab,"wahai amirul mukminin,aku lakukan ini hanya karena ingin meniru kezuhudan dan kesahajaanmu,engkau hidup susah,akupun demikian ,engkau berpakain kasar aku pun meniru ,engkau cukupkan dengan makan sepotong roti, aku pun mencontohmu.engkau adalah panutanku wahai amirul mukminin."

mengahadapi jawaban ashim ini sayyidina ali segera mengklarifikasi dan mendudukan persoalan pada tempatnya.ia berkata,"wahai ashim,aku berbeda dengan kamu.aku memegang kekuasaan khilafah kaum muslimin, sedangkan kamu tidak.di bahuku terpikul amanat yang amanat berat sedangkan kamu tidak demikian.aku mengenakan jubah kepemimpinan sedangkan kamu adalah rakyat yang aku pimpin.tanggung jawab seorang pemimpin di hadapan Alloh itu sangat berat. Alloh mewajibkan para pemimpin untuk berbuat adil kepada setiap rakyatnya, sedangkan rakyat yang paling lemah adalah standar bagi dirinya. seorang pemimpin selayaknya hidup seperti rakyatnya yang paling sederhana agar tercipta solidaritas dan perasaan senasib seperjuangan oleh karena itu, di bahuku ada kewajiban yang harus engkau laksanakan ,.


Share This
Previous Post
Next Post

blog petualang web berisi berbagai artikel

3 comments:

  1. Selayaknya para pemimpin jaman sekarang mencontoh akhlak para Khalifah dan sahabat Nabi..
    Oh iya sobat selamat anda telah mendapat Liebster Award dari Pengobatan Gratis On Line.

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimaksih sudah memberi penghargaan pada blog butut seperti blog petualang web.

      Delete
  2. I love a good story with a story to inspire

    ReplyDelete

terimaksih untuk kunjungannya-jika suka silahkan komentarnya disini-mohon maaf jika anda menulis spam tidak publikasikan.-